[X]close
PASANG BUKU TAMU SOBAT DISINI

Pages

Rabu, 20 Oktober 2010

MK KEP JIWA I : GGN JIWA PSIKOPATOLOGI (By : Ns. KADRI, S.Kep)

Psikopatologi adalah “Cara bertingkah laku yang dianggap tidak sesuai dengan masyarakat”.

Hal-hal yang mempengaruhi tingkah laku individu :
a. Faktor individu (bakat, insting, emosional, defence mekanism)
b. Faktor keluarga
c. Pengalaman traumatis
d. Penyakit somatis
Skema :
Stressor     ----> Koping inkonstruktif ----->   Prilaku maladaptif(Gejala2 ggn Jiwa)
- Frustasi           - irealistik
- Konflik             - penipuan diri
- Tekanan          - Distorsi realitas
- Krisis

Prinsip :
- Kepribadian seperti mesin yang tidak boleh dibebani diluar batas kemampuan
- Stress menyebabkan koping tidak efektif yang selanjutnya mengakibatkan gangguan tingkah laku
- Faktor presipitasi : pengalaman stress tertentu pada waktu dan situasi tertentu

“Kesehatan jiwa ialah suatu keadaan yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional seorang individu secara optimal sejauh hal ini cocok dengan perkembangan optimal individu yang lain” (World federation for mental health).
Seseorang dianggap normal bila :
1. Kesadaran atas identitas pribadinya dan mempunyai tujuan hidup
2. Sadar akan otonomi pribadinya
3. Aktif, produktif dan tekun dalam menyelesaikan tugas
4. Dapat menerima batas-batas kesanggupan secara realistik
5. Dapat menghadapi stres dan dapat bereaksi secara fleksibel, realistis dan rasional
6. Mau melihat kenyataan dan bersedia menyelesaikan masalah
7. Dapat menagadakan hubungan heteroseksual yang memuaskan
8. Dapat menikmati kegembiraan dari berbagai sumber

Menurut skiner :
1. Mampu menerima dirinya sendiri
2. Diterima oleh orang lain
3. Efisiensi dalam pekerjaan/studi
4. Bebas dari konflik dalam diri
Gejala yang timbul adalah usaha untuk :
1. Menghadapi kecemasan
2. Menutup diri terhadap kesulitan hidup
3. Melarikan diri dari keadaan sulit
4. Menyembunyikan kebenaran terhadap diri sendiri

Klasifikasi gangguan jiwa tergantung :
1. Derajat berat ringan
2. Kemampuan adaptasi klien

KLASIFIKASI TANDA DAN GEJALA
GANGGUAN JIWA DI INDONESIA
A. GANGGUAN KOGNISI
Merupakan gangguan pada proses mental yang dengannya membuat seorang individu memiliki ketidakmampuan menyadari dan mempertahankan hubungan dengan ling kungannya baik lingkungan dalam maupun lingkungan luar (fungsi mengenal).
Meliputi :
1. Gangguan sensasi
Gangguan sensasi (pengindraan) adalah pengetahuan atau kesadaran akan suatu rangsang meliputi 5 sensasi yaitu kecap,raba, penciuman, penglihatan, pendengaran.
Macam-macam gangguan sensasi :
a. Hiper estesia adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan abnormal dari kepekaan dalam proses pengindraan, baik terasa panas, dingin, nyeri ataupun raba
b. Anastesia adalah suatu keadaan dimana tidak didapatkan sama sekali perasaan pada penginderaan.sifatnya dapat menyeluruh, setempat atau dapat atau sebagian saja. Berbeda dari anastesia fungsional.
c. Parestesia adalah keadaan dimana terjadi perubahan pada perasaanyang normal. Terbagi kedalam acro paraestesia & aesteroognosis
d. Sinestesia adalah suatu keadaan dimana ransang yang sesuai dengan alat indera tertentu ditanggapi oleh indera lain
e. Hiperosmia adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan kepekaan berlebihan indera penciuman
f. Anosmia adalah suatu keadaan dimana terjadi kegagalan/kehilangan daya penciuman baik sebagian maupun seluruhnya
g. Hiperkinestesia adalah peningkatan kepekatan yang berlebihan terhadap perasaan gerak tubuh
h. Hipokinestesia adalah keadaan dimana terjadi penurunan kepekaan terhadap gerakan tubuh
2. Gangguan persepsi
a. Ilusi adalah suatu persepsi yang salah/ palsu, dimana ada atau pernah ada rangsangan dari luar. Ilusi sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, seorang dapat mengekspresikan emosi atau motivasi yang sangat kuat dengan melakukan interpretasi yang salah terhadap gambaran penginderaan.keadaan tersebut biasanya secara sadar direpresi dan nantinya secara dinamis akan diinterpretasikan sebagai ilusi.
b. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya rangsang dari luar. Walaupun tampak sebagai sesuatu yang “khayal” halusinasi sebenarnya merupakan bagian dari kehidupan mental penderita yang “terepsesi” . Halusinasi dapat terjadi karena dasar-dasar organik fungsional, psikotik maupun histerik.
Jenis-jenis halusinasi:
1) Halusinasi pendengaran (auditif, akustik);
Paling sering dijumpai dapat berupa bunyi mendenging atau suara bising yang tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar sebagai sebuah kata atau kalimat yang bermakna. Biasanya suara tersebut ditujukan pada penderita sehingga tidak jarang penderita bertengkar dan berdebat dengan suara-suara tersebut.
Suara tersebut dapat dirasakan berasal dari jauh atau dekat, bahkan mungkin datang dari tiap bagian tubuhnya sendiri. Suara bisa menyenangkan, menyuruh berbuat baik, tetapi dapat pula berupa ancaman, mengejek, memaki atau bahkan menakutkan dan kadang-kadang mendesak/ memerintah untuk berbuat sesuatu seperti membunuh dan merusak.
2) Halusinasi penglihatan (visual, optik);
Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik). Biasanya sering muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran, menimbulkan rasa takut akibat gambaran-gambaran yang mengerikan.
3) Halusinasi penciuman (olfaktorik);
Halusinasi ini biasanya berupa mencium sesuatu bau tertentu dan dirasakan tidak enak, melambangkan rasa bersalah pada penderita. Bau dilambangkan sebagai pengalaman yang dianggap penderita sebagai kombinasi moral.
4) Halusinasi pengecapan (gustatorik);
Walaupun jarang terjadi, biasanya bersamaan dengan halusinasi penciuman, penderita merasa mengecap sesuatu. Halusinasi gastorik lebih jarang dari halusinasi gustatorik.
5) Halusinasi raba (taktil);
Merasa diraba, disentuh, ditiup atau seperti ada ulat, yang bergerak dibawah kulit. Terutama pada keadaan delirium toksis dan skizofrenia.
6) Halusinasi seksual, ini termasuk halusinasi raba;
Penderita merasa diraba dan diperkosa, sering pada skizofrenia dengan waham kebesaran terutama mengenai organ-organ.
7) Halusinasi kinestetik;
Penderita merasa badannya bergerak-gerak dalam suatu ruang atau anggota badannya yang bergerak-gerak, misalnya “phantom phenomenon” atau tungkai yang diamputasi selalu bergerak-gerak (phantom limb). Sering pada skizofrenia dalam keadaan toksik tertentu akibat pemakaian obat tertentu.
8) Halusinasi viseral;
Timbulnya perasaan tertentu di dalam tubuhnya.
c. Depersonalisasi adalah perasaan aneh pada dirinya bahwa pribadinya sudah tidak seperti biasanya lagi serta tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Sering pada skizofrenia dan sindrom lobus parietalis. Misalnya merasa dirinya terpecah menjadi dua.
d. Derealisasi adalah perasaan aneh tentang lingkungannya yang tidak sesuai dengan kenyataan, misalnya perasaan bahwa segala sesuatu yang dialaminya seperti dalam impian.
B. GANGGUAN PERHATIAN
Perhatian adalah pemusatan dan konsentrasi energi menilai dalam suatu proses kognitif yang timbul dari luar akibat suatu rangsang. Agar supaya suatu perhatian dapat memperoleh hasil, harus ada 3 syarat yang dipenuhi yaitu: Inhibisi , disini semua rangsang yang tidak termasuk objek perhatian harus disingkirkan; Apersepsi, yang dikemukakan hanya hal yang berhubungan erat dengan objek perhatian; adaptasi, alat-alat yang digunakan harus berfungsi baik karena karena diperlukan untuk penyesuaian terhadap objek pekerjaan.
Beberapa gangguan perhatian:
1. Distraktibiliti adalah perhatian yang mudah dialihkan oleh rangsang yang tidak berarti, misalnya: suara nyamuk, suara kapal, orang lewat, dan sebagainya.
2. Aproseksia adalah suatu keadaan dimana terdapat ketidaksanggupan untuk memperhatikan secara tekun terhadap situasi/keadaan tanpa memandang pentingnya masalah tersebut.
3. Hiperproseksia adalah suatu keadaan dimana terjadinya pemusatan/ konsentrasi perhatian yang berlebihan, sehingga sangat mempersempit persepsi yang ada.
C. GANGGUAN INGATAN
Ingatan (kenangan, memori) adalah kesanggupan untuk mencatat, menyimpan, memproduksi isi dan tanda-tanda kesadaran. Jadi proses ingatan terdiri dari 3 unsur yaitu: Pencatatan (mencamkan, reception and registrtion), penyimpanan (menahan, retention, preservation), pemanggilan kembali (recalling).
Gangguan ingatan terjadi bila terdapat gangguan pada satu/lebih dari 3 unsur tersebut, faktor yang mempengaruhi adalah keadaan jasmaniah (kelelahan, sakit, kegelisahan), dan umur. Sesudah 50 tahun fungsi ingatan akan berkurang secara bertahap. Berikut beberapa bentuk gangguan ingatan:
1. Amnesia
Ketidakmampuan mengingat kembali pengalaman yang ada, dapat bersifat sebagian atau total retrograd/antegrad dan dapat ditimbulkan oleh faktor organik/ psikogen. Sebab organik, kerusakan pada unsur pencatatan dan penyimpanan, sedangkan sebab psikogen karena proses pemanggilan kembali terhalang oleh faktor psikologis. Pada amnesia psikogen: tidak ada gangguan kesadaran, tidak ada kerusakan fungsi intelektual, bersifat selektif terhadap kejadian yang tidak menyenangkan, dapat terjadi penyembuhan secara tiba-tiba dan sempurna.
2. Hipernemsia
Suatu keadaan pemanggilan kembali yang berlebihan sehingga seseorang dapat menggambarkan kejadian-kejadian yang lalu dengan sangat teliti sampai kepada hal-hal yang sekecil-kecilnya. Sering pada kedaan mania, paranoia, dan katatonik.
3. Paranemsia (pemalsuan/pemiuhan ingatan)
Adalah gangguan dimana terjadi penyimpangan/ pemiuhan terhadap ingatan-ingatan lama yang dikenal dengan baik. Hal ini terjadi akibat distorsi proses pemanggilan paranemsia berguna sebagai pelindung terhadap rasa takut.
a) Konfabulasi yaitu keadaan dimana secara sadar seseorang mengisi lubang-lubang dalam ingatannya dengan cerita yang tidak sesuai dengan kenyataan, akan tetapi yang bersangkutan percaya akan kebenarannya.,
b) Pemalsuan retrospektif; Disebut sebagai ilusi ingatan yang dibentuk sebagai jawaban terhadap kebutuhan afektif. Penderita akan memberikan kesimpulan yang salah terhadap suatu kejadian dengan menambahkan hal-hal yang kecil yang dibuatnya sendiri atau menghubungkan dengan pengalaman yang tidak berdasarkan kenyataan sama sekali.
c) Deja vu (ilusi ingatan); Suatu perasaan seakan-akan pernah melihat sesuatu yang sebenarnya belum pernah diihatnya. Keadaan ini timbul apabila saat itu mempunyai ikatan asosiasi dengan pengalaman masa lalu yang sengaja dilupakan, biasanya pengalaman tersebut merupakan pusat konflik yang direpresi secara konsekuen.
d) De jamais vu; suatu perasaan palsu terhadap suatu kejadian yang sebenarnya telah pernah dialaminya tapi saat ini dirasakan belum atau tidak pernah dialami atau dilihat. Gejala ini sering terjadi pada skizofrenia, psikoneurosis, lesi pada lobus temporalis, misalnya epilepsi kelelahan dan toksis.
D. GANGGUAN ASOSIASI
Asosiasi adalah proses mental yang dengannya suatu perasaan, kesan atau gambaran ingatan cenderung untuk menimbulkan kesan atau gambaran ingatan respon/ konsep lain, yang memang sebelumnya berkaitan dengannya.
Dalam kehidupan mental normal, proses asosiasi terjadi secara terusmenerus dengan pola-pola tertentu. Faktor-faktor yang menentukan pola-pola dalam proses asosiasi antara lain:
- keadaan lingkungan pada saat itu
- kejadian-kejadian yang baru terjadi
- pelajaran dan pengalaman sebelumnya
- Harapan-harapan dan kebiasaan seseorang.
- kebutuhan dan riwayat emosionalnya.
Beberapa bentuk asosiasi.
1) Retardasi (perlambatan); adalah proses asosiasi yang berlangsung lebih lambat dari biasanya.
2) Kemiskinan ide; suatu keadaan dimana terdapat kekurangan asosiasi yang dapat dipergunakan.
3) Persefersi; suatu keadaan dimana suatu asosiasi diulang-ulang kembali secara terusmenerus yang seakan-akan menggambarkan seseorang tidak sanggup lagi untuk melepaskan ide yang telah diucapkan.
4) Flight of ideas (lari cita pikiran melompat-lompat); suatu keadaan dimana aliran asosiasi berlangsung sangat cepat yang tampak dari perubahan isi pembicaraan dan pikiran. Disini nampak suatu ide belum selesai, disusul ide yang lain.
5) Inkoherensi; suatu keadaan dimana aliran asosiasi tak berhubungan satu dengan yang lain. Dapat bebentuk sebagai “gado-gado kata” (word salad) atau suatu neolgisme (pembentukan kata-kata baru yang tidak berarti). Inkoherensi dapat dikatakan sebagai suatu “asosiasi longgar”.
6) Blocking (hambatan, benturan): Suatu keadaan dimana terjadi kegagalan membentuk asosiasi, mulai dari situasi sementara akibat reaksi emosional yang sampai pada blocking yang lama seperti terdapat pada penyakit jiwa yang berat. Disini penderita tak dapat menerangkan mengapa dia berhenti.
7) Aphasia ; suatu keadaan dimana terjadi kegagalan sebagian atau seluruhnya untuk menggunakan atau memahami bahasa. Dalam beberapa buku, gangguan asosiasi dimaksudkan dalam gangguan arus fikiran.
E. GANGGUAN PERTIMBANGAN
Pertimbangan (penilaian) adalah suatu proses mental untuk membandingkan/menilai beberapa pilihan dalam suatu kerangka kerja dengan memberikan nilai-nilai untuk memutuskan maksud dan tujuan dari suatu aktifitas. Membandingkan disini meliputi istilah tentang “besarnya kepentingan”,”kebenarannya “,”kebaikanny”,”kecantikannya”,dan sebagainya. Tigal hal yang akan mendukung berfungsinya pertimbangan yaitu: Aparat sensoris yang mampu dan mempunyai persepsi diskriminasi yang teliti. Ingatan yang penuh dengan data-data sebagai dasar untuk membandingkan Aparat motoris yang mempunyai keterampilan atau kemampuan untuk memutuskan serta adanya mekanisme inhibesi untuk aktifitas yang berlebihan.
Dalam beberapa buku,masalah pertimbangan ini dibahas dalam gangguan proses berfikir(isi fikiran)beberapa bentuk waham.
F . GANGGUAN PIKIRAN
Pikiran umum adalah meletakkan hubungan antara berbagai bagian dari pengetahuan seseorang. Berpikir merupakan suatu proses dalam mempersatukan atau menghubungankan ide-ide dengan membayangkan, membentuk pengertian untuk menarik kesimpulan, serta proses-proses yang lain untuk membentuk ide-ide baru. Jadi dalam proses berpikir meliputi proses pertimbangan pemahaman, inatan serta penalaran.
Proses berpikir yang normal mengandung arus ide, simbol, dan asosiasi yang terarah pada tujuan dan yang dibangkitkan oleh suatu masalah atau tugas yang dapat mengantar pada suatu penyelesaian yang berorientasi pada kenyataan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses berpikir,yaitu:
- Faktor somatik (gangguan otak dan kelelahan)
- Faktor psikologik (gangguan emosi dan psikosa)
- Faktor sosial (kegaduhan dan keadaan sosial tertentu)
Beberapa bentuk gangguan proses berpikir:
1. Gangguan bentuk pikiran (produksi);termaksud semua penyimpanagan dari pemikiran rasional , logik dan terarah pada suatu tujuan:
a) Pikiran deristik
Adalah bentuk pikiran dimana tidak ada hubungan antara proses mental dengan pengalaman yang sedang berjalan. Di sini proses mental atau tidak mengikuti kenyataan, logika atau pengalaman.
b) Pikiran eustik
Gangguan dalam proses berpikir dimana terjadi kegagalan dalam membedakan batas antara kenyataan dan fantasi. Dengan berpikir autistik seorang dapat memuaskan keinginannya secara khayalan( imaginatif) dengan mengabaikan usaha-usaha untuk memuasakan secara realistik.
c) Pikiran yang non-relistik
Bentuk pikiran yang sama sekali tidak berdasarkan kenyataan. Merupakan gejalah yang menonjol pada skizofrenia hebefrenik disamping tingkah laku yang kekanak-kanakan. Ketiga bentuk pikiran tersebut bisa dibedakan, tapi kadang-kadang dijadikan satu dengan memakai salah satu istilah saja.
d) Pikiran obsesif
Gangguan pikiran dimana satu ide selalu datang berulang-ulang, irasional dan secara sadar tak diinginkan tak diinginkan, tapi tidak dapat dihilangkan.
e) konfabulasi
Gangguan pikiran dimana seorang mempersatukan hal-hal atau kejadian yang berkaitan, dalam suatu usaha untuk mengisi kekosongan pikiran yang timbul karena kehilangan ingatan.
2. Gangguan arus atau jalan pikiran meliputi cara dan laju proses asosiasi dalam pemikiran
a) Flight of ideas(lari cita, pikiran melompat-lompat melayang) adalah keadaan dimana terjadi perubahan yang mendadak, cepat dalam pembicaraan, sehingga suatu ide belum selesai sudah disusul oleh ide lain. Dikatakan yang berasal dari dalam maupun luar. Suatu kata yang sama bunyinya, tetapi berlainan artinya akan menimbulkan suatu pikiran baru “clang association”.
b) Retardasi (perlambatan) yaitu keadaan dimana terjadi perlambatan dalam jalan pikiran seseorang, sering dijumpai pada penderita skizofrenia dan psikosa efektif fase depresi.
c) Persevarasi yaitu suatu keadaan dimana seseorang secara berulang memberitahukan suatu ide, pikiran atau tema yang berlebihan.
d) Circumstantiality pikiran berbelit-belit, pikiran berputar-putar) yaitu suatu keadaan dimana untuk menuju secara tidak langsung kepada ide pokok dengan menambahkan banyak hal yang remeh-remeh yang menjemukan dan tidak relevan
Sering didapat pada anak/ orang yang terbelakang (MR), epilepsi dan gangguan jiwa senil yang tidak berat
e) Inkoherensi suatu keadaan dimana terdapat gangguan dalam bentuk bicara, pembicaraannya sukar atau tidak dapat ditangkap maksudnya. Inkoherensi ini dapat dikatakan suatu asosiasi yang ekstrim. Pada inkoherensi ada “gado-gado kata” (word salad)
f) Blocking (hambatan, halangan, benturan) yaitu suatu keadaaan dimana jalan pikiran secara tiba-tiba berhenti, hal ini tidak dapat diterangkan oleh penderita. Kemungkinan disebabkan oleh aktivitas yang kompleks dan dominan akibat efek yang tidak enak atau tidak disetujui.
g) Logorea yaitu banyak bicara dimana kata-kata baru yang tidak dipahami secara umum.
h) Neologisme yaitu membentuk kata-kata baru yang tidak dipahami secara umum.
i) Irelevansi yaitu suatu keadaan dimana isi pikiran atau ucapan tidak ada hubungannya dengan pertanyaan atau dengan hal yang sedang dibicarakan
j) Aphasia yaitu suatu keadaan dimana seseorang tidak atausukar mengerti pembicaraan orang lain (sensorik) dan atau tidak dapat atau sukar berbicara (motorik). Sering terjdi pada kerusakan otak.
3. Gangguan isi pikiran (meliputi isi pikiran yang nonverbal atau isi pikiran yang diceritakan)
a. waham
suatu kepercayaan yang terpaku dan tidak dapat di koreksi atas dasar fakta dan kenyataan. Tetapi harus dipertahankan, bersifat patologis dan tidak terkait dengan kebudayaan setempat. Adanya waham menunjukan suatu gangguan jiwa yang berat, isi waham dapat menerangkan pemahaman terhadap faktor-faktor dinamis penyebab gangguan jiwa. Terbentuknya kepercayaan yang bersifat waham adalah sebagai perlindungan diri terhadap rasa takut dan untuk pemuasan kebutuhan. Waham ada yang sistematis dan tidak sistematis, diklasifikasi menurut isinya dan isi waham biasanya mempunyai kecenderungan untuk menguasai/menonjol.
1) Waham kebesaran (waham ekspansif)
Suatu kepercayaan palsu dimana seseorang memperluas atau memperbesar kepentingan dirinya, baik mengenai kualitas tindakan/kejadian/orang disekeliling, dalam bentuk tidak realistik. Waham ini timbul akibat perasaan yang tidak wajar, tidak aman, dan rasa rendah diri yang secara sadar dihalangi oleh komponen ideal dan efektif dari waham itu sendiri. Isi dari waham kebesaran sering menunjukkan kekecewaan, kegagalan, dan perasaan tidak aman.
2) Waham depresif ( menyalahkan diri sendiri )
Kepercayaan yang tidak berdasar. Menyalahkan diri sendiri akibat perbuatan-perbuatannya yang melanggar kesusilaan atau kejahatan lain. Waham depresif sering dirasakan sebagai: waham bersalah ( perasaan bersalah, kehilangan harga diri ), waham sakit (gangguan perasaan tubuh yang berasal dari viseral yang dipengaruhi oleh keadaan emosi), waham miskin ( kehidupan perasaan nilai sosial ).
3) Waham somatis ( waham hipokondria)
Kecenderungan yang menyimpang dan bersifat dungu ( bizarre ) mengenai fungsi dan keadaan tubuhnya, misalnya penderita merasa tubuhnya membusuk atau mengeluarkan bau busuk.
4) Waham nihilistik
Suatu kenyataan bahwa dirinya atau orang lain sudah meninggal atau dunia ini sudah hancur.
5) Waham kejar
Penderita yakin bahwa ada orang yang sedang mengganggunya, menipunya, memata-matai atau menjelekkan dirinya.
6) Waham hubungan
Keyakinan bahwa ada hubungan langsung antara interpretasi yang salah dari pembicaraan, gerakan atau digunjingkan.
7) Waham pengaruh
Keyakinan yang palsu bahwa dia adalah merupakan subjek pengaruh dari orang lain atau tenaga gaib yang tak terlihat.
b) Fobi
Adalah rasa takut yang irasional terhadap suatu benda atau keadaan yang tidak dapat dihilangkan atau ditekan oleh penderita walau disadari bahwa hal tersebut irasional. Fobi dapat mengakibatkan suatu kompulsi, bentuk fobi bervariasi dan banyak mengenai benda serta keadaan.
c) Ideas of reference (pikiran hubungan)
Suatu keadaan yang mana pembicaraan orang, benda atau kejadian dihubungkan dengan dirinya sendiri. Penderita mungkin menyadari pikirannya tidak masuk akal, missal bunyi burung dikira sebuah berita bagi dirinya.
d) Pre-okkupasi
Adalah suatu pikiran yang terpaku hanya pada sebuah ide saja, yang biasanya berhubungan dengan keadaan emosional yang kuat.
e) Thought insertion (sisip pikiran)
Adalah suatu perasaan bahwa ada pikiran dari luar yang disisipkan dan dimasukan kedalam otaknya.
f) thought broad cast (siar pikiran)
Adalah suatu perasaan bahwa pikirannya telah disiarkan melalui radio, televisi, kawat liat listrik dan lampu.
7. Gangguan kesadaran
Kesadaran adalah kemampuan seseorang untuk mengadakan hubungan dengan lingkungan serta dirinya sendiri melalui pancra indera dan mengadakan pembatasan terhadap lingkungan serta dirinya sendiri. Bila kesadaran itu baik, maka terjadi orientasi (waktu, tempat dan orang) dan pengertian yang baik pula serta informasi akan digunakan secara efektif (melalui ingatan dan pertimbangan)
a) Kesadaran kuantitatif
1) Kesadaran yang menurun; Suatu kesadaran denan kemampuan persepsi, perhatian dan pemikiran yang berkurang secara keseluruhan.
(a) Apatis (kesadaran seperti mengantuk)
(b) Somnolen (kesadaran seperti orang mengantuk benar, memberi jawaban bila dirangsang)
(c) Sopor (hanya bereaksi dengan rangsang yang kuat, ingatan, orientasi dan pertimbangan sudah hilang)
(d) sub koma dan kom (tidak didapatkan reaksi terhadap rangsang apapun)
2) Kesadaran yang meninggi; Keadaan reaksi yang meningkat terhadap suatu rangsang, disebabkan oleh zat toksik yang merangsang otak atau oleh factor psikologik.
b) Kesadaran kualitatif
Terjadi perubahan dalam kualitas kesadaran, dapat ditimbulkan oleh keadaan toksik, organik dan psikogen.
1) Stupor; Karena faktor psikogen pada keadaan katatonia, depresi, epilepsi, ketakutan dan reaksi disosiasi.
2) Twilight state (keadaan dini, senja, senjakala); Kehilangan ingatan atas dasar psikologik yang mana kesadaran terganggu dan dalam beberapa keadaan sangat mengaburkan, sehingga penderita tidak mengenali lingkungannya. Dapat disertai halusinasi dengar, sehingga dapat melakukan tindakan tertentu. Biasanya penderita lupa ttentang tindakan selama senja dan seolah-olah dalam mimpi, berlangsung beberapa menit sampai beberapa hari.
3) Fuge; Suatu periode penurunan kesadaran dengan pelarian menimbulkan banyak stress, tapi dapat mempertahankan kebiasaan dan keterampilannya.
4) Confusion (bingung); Gangguan keadaan karena rusaknya aparat sensoris dimana didapatkan kesulitan pengertian, disorientasi, disertai gangguan fungsi asosiasi.
c) Gangguan orientasi
Orientasi adalah kemampuan seseorang untuk mengenal lingkungannya serta hubungannya dengan waktu, ruang dan terhadap dirinya serta orang lain. Disorientasi atau gangguan orientasi dapat timbul sebagai gangguan dari kesadaran, mengenai waktu, mengenai tempat dan mengenai orang. Disorientasi dapat terjadi pada setiap gangguan jiwa yang mana ada kerusakan yang hebat dari ingatan, persepsi dan perhatian.
8. Gangguan kemauan
Kemauan adalah proses dimana keinginan-keinginan dipertimbangkan untuk kemudian diputuskan untuk dilaksanakan sampai mencapai tujuan. Proses kemauan sebagai berikut:
- Saat terlihat (terdiri dari tanggapan dan tegangan yang cukup kuat)
- Saat objektif (sudah ada yang diinginkan, walau hanya dalam niat saja, tapi benda yang menjadi tujuannya sudah ada).
- Saat aktuil (timbul kesadaran akan keinginan dan menghendaki, tindakan sudah dikhayalkan dan dialami).
- Saat subjektif (berupa tindakan kemauan itu sendiri, dengan kesadaran penuh dan menggunakan segala daya dan tenaga)
Kemauan dapat dirusak oleh gangguan emosional, gangguan-gangguan kognisi, kerusakan otak organik, dalam keadaan terlatih atau bahkan terlalu banyak latihan.
Bentuk-benrtuk gangguan kemauan
a) Abulia (kemauan yang lemah); Suatu keadaan inaktivitas sebagai akibat ketidaksanggupan membuat keputusan atau memulai suatu tingkah laku.
b) Negativisme; Ketidak sanggupan dalam bertindak atas sugesti dan tidak jarang terjadi melaksanakan sesuatu yang bertentangan dengan yang disugestikan.
c) kekakuan (rigiditas); Ketidak mampuan memiliki keleluasan dalam memutuskan untuk merubah suatu tingkah laku, missal stereotype yang merupakan sikap atau gerakan mekanis yang dilakukan berulang-ulang.
d) Kompulsi; Suatu keadaan dimana seorang merasa didorong untuk melakukan suatu tindakan, yang disadari sebagai suatu irasional atau tidak ada gunanya.
1) Kleptomania (mencuri kompulsif), yaitu sering mencuri barang yang mempunyai arti simbilis dan biasanya tidak bernilai.
2) Pyromania (membakar kompulsif), dipandang sebagai suatu bentuk simbolis pemuasan seksual.
3) mencuci tangan berulkang-ulang dengan tidak dapat dicegah atau dikuasai.
9. Gangguan emosi dan afek
Emosi adalah suatu pengalaman yang sadar dan memberikan pengaruh pada aktivitas tubuh dan menghasilkan sensasi organis dan kinetis. Afek adalah kehidupan perasaan atau nada perasaan emosional seseorang, menyenangkan atau tidak, yang menyertai suatu pikiran, biasa berlangsung lama dan jarang disertai komponen fisiologik.
Dikaitkan dengan pengertian afek, maka emosi merupakan manifestasi afek keluar disertai oleh banyak komponen fisiologik, biasanya berlangsung relative singkat. Kadang-kadang emosi dan afek tidak dibedakan dan dipakai bersama-sama.
Bentuk-bentuk gangguan emosi dan afek:
a) Euforia; Emosi yang menyenagkan, masa riang, senang gembira, bahagia yang berlebihan dan bila tidak sesuai keadaan, hal ini menunjukan adanya gangguan jiwa. Orang yang eforia biasanya optimis, percaya diri, dan tegas pada sikapnya.
b) Elasi; eforia yang berlebihan disertai motorik sering merupakan emosi yang labil dan sering berubah menjadi mudah tersinggung.
c) Eksaltasi; Elasi yang berlebihan dan biasanya disertai dengan sikap kebesaran (waham kebesaran).
d) Eklasi (kegairahan); Gairah yang berlebihan disertai rasa aman, damai, dan tenang biasanya berhubungan dengan perasaan keagamaan yang kuat.
e) Inappropiate afek (afek yang tidak sesuai), adalah suatu gejala gangguan emosi dimana dijumpai perbedaan yang jelas antara emosi yang tampak dengan situasi yang menyebabkannya, misalnya tertawa ketika ada suatu musiba.
f) Afek yang kaku (rigid) adalah suatu keadaan dimana rasa hati tetap dipertahankan, walau terdapat rangsangan yang biasanya menyebabkan reaksi emosional yang berlebihan.
g) Emosi labil adalah suatu gejala dimana terdapat ketidak stabilan yang berlebihan dan bermacam emosional, cepat berubah dari emosi yang satu pada emosi yang lain,
h) Cemas dan depresi merupakan gejala yang terlihat dari ekspresi muka atau tingkahlaku.
i) Ambivalensi adalah emosi dan afek yang berlawanan yang timbul bersamaan pada seseorang, suatu objek atau keadaan, benci tapi rindu.
j) Apatis, kurang atau tidak ada sama sekali reaksi emosional dalam keadaan-keadaan yang seharusnya menimbulkan emosi.
k) Emosi yang tumpul dan datar, pengurangan atau tidak ada sama sekali tanda-tanda ekspresi afektif.
10. Gangguan psikomotor
Psikomotor adalah gerakan yang dipengaruhi oleh keadaan jiwa, sehingga merupakan afek bersama yang mengenai badan dan jiwa. Juga meliputi kondisi, perilaku motorik atau aspek motorik dari suatu prilaku.
Bentuk-bentuk gangguan psikomotor:
a) Aktivitas yang meningkat.
1) Hiperaktivitas, hiperkinesia, aktivitas dan pergerakan yang berlebihan dengan intesitas respon yang meningkat.
2) Hipertonisitas, peningkatan pegangan otot tubuh.
3) Gaduh gelisah katatonik, aktivitas motorik yang tampaknya tidak bertujuan, berkali-kali dan seakan-akan tak dipengaruhi oleh rangsang dari luar.
b) Aktivitas yang menrurun.
1) Hipoaktivitas, hipokinesia, aktivitas dan pergerakan berkurang dengan intesitas respon yang menurun.
2) Kelambanan motorik, aktivitas berkurang menyeluruh, misal pada orang stuporkatatonik.
3) Atonisitas, keadaan tonus dan kontraksi otot yang abnormal, dapat menyeluruh atau sebagian saja.
4) Paralisa, kehilangan fungsi otot baik secara keseluruhan atau sebagian saja.
c) Aktivitas yang terganggu atau tidak sesuai.
1) Ataksia, tidak terdapat koordinasi pada gerakan tungkai atau dalam sikap berdiri.
2) Apraksia, tidak sanggup memanipulasi benda dengan yang terarah.
3) Atetosis, gerakan terus menerus, difus seperti tungkai dan dirasakannya nyeri.
4) Gerakan khoireform, gerakan tidak teratur secara terus menerus yang tidak dikuasai opleh kemauan.
5) Spasme, kontraksi otot-otot sebagian atau seluruh yang tidak dikuasai oleh kemauan.
6) Tremor, kontraksi serat-serat otot yang ringan dan ritmis, yang tidak dikuasai, dapat lambat atau cepat, kasar atau halus teratur atau tidak teratur.
7) Konvlusi, kejang terus menerus pada derah tubuh yang luas dan biasanya dengan hilangnya kesadaran.
d) Aktivitas yang berulang-ulang.
1) Katalepsi, mempertahankan secara kaku posisi badan tertentu.
2) Fleksibilitas serea, satu bentuk katalepsi, yang mana posisi badan yang dibuat orang lain dipertahankan terus.
3) Stereotipti, gerakan salah satu badan berulang-ulang dan tidak bertujuan.
4) Manerisma, gerakan stereotipi dan teaterikal, berbentuk ritual dan selalu diulang-ulang.
e) Otomatisme perintah dia menurut sebuah perintah secara otomatis tanpa disadari
1) Otomatisme, berbuat sesuatu secara otomatis sebagai ekspresi simbolik aktivitas tak sadar.
2) Ehopraksia, langsung meniru gerakan orang lain pada saat dia melihat.
3) Echolalia, langsung mengulangi atau meniru apa yang dikatakan orang lain.
f) Negativisme;suatu pertahanan psikologik yang diperhatikan dengan melawan atau menentang terhadap apa yang disuruh. Ada 2 macam, yaitu: Aktif (melaksanakan sebaliknya dari apa yang diperintahkan); pasif (melaksanakan apa yang diperintahkan).
g) Aversi, suatu reaksi yang agresif dan tegas yang diperlihatkan dengan melawan, mendengki, membenci, nonkooperatif, menolak dan kadang-kadang menunjukan reaksi stupor.
                                                                                                                      (Bahan KuliahTingkat II)