[X]close
PASANG BUKU TAMU SOBAT DISINI

Pages

Rabu, 22 Desember 2010

BID’AH


A. DEFINISI
Bid’ah dari segi bahasa berarti: Sesuatu yang diada-adakan tanpa contoh sebelumnya.
Adapun dari segi istilah adalah: segala sesuatu yang tidak pernah disyari’atkan oleh Allah dan Rosul-Nya dan tidak pernah diperintahkan untuk melakukannya baik bersifat wajib ataupun anjuran (sunnah).
Dengan demikian, Anda dapat mengetahui bahwa bid’ah adalah satu ungkapan bagi sebuah pekerjaan yang bertentangan dengan syari’ah.
B. MACAM-MACAM BID’AH:
1.Bid’ah Adat Istiadat, Yaitu: Sesuatu yang tidak dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, akan tetapi hal itu dilakukan hanya sebatas adat istiadat belaka.
Kaidah: “hukum bid’ah tidak masuk ke dalam adat istiadat secara muthlaq.”
2. Bid’ah dalam Ibadah, 
Yaitu: Sesuatu yang berkaitan dengan salah satu bentuk ibadah, baik itu dengan adanya penambahan atau pengurangan. Dan bid’ah inilah yang terlarang, karena dengan demikian ia telah menyelisihi syariat Allah. Bid’ah macam ini terbagi menjadi beberapa bagian:                                                                     a.      a. a.Bid’ah I’tiqadhiyyah (keyakinan), Yaitu: berkeyakinan dengan sesuatu perkara yang bertentangan dengan petunjuk Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabatnya, baik itu diiringi dengan suatu amalan ataupun tidak.
b.      Bid’ah Amaliyyah (Perbuatan), Yaitu: Mensyari’atkan sesuatu di dalam agama Islam yang tidak pernah disyari’atkan oleh Allah dan rosul-Nya, seperti: merayakan kelahiran Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam.
KONSEP AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH DALAM MEMBANTAH AHLUL BID’AH
Konsep mereka dalam masalah ini senantiasa didasari oleh Al Qur’an dan As Sunnah, dan konsep inilah yang membuat orang puas dan faham, yaitu dengan menyebutkan syubhat yang dimiliki oleh pelaku bid’ah kemudian mereka membantahnya, dan mereka berargumen dengan Al Qur’an dan Sunnah tentang pentingnya berpegang teguh kepada keduanya dan larangan untuk melakukan bid’ah. Di antara contohnya:
Ada seorang pemuda datang kepada Imam malik bin Anas (Imam Daarul Hijroh) – radhiyallaahu ‘anhu-, kemudian pemuda itu bertanya: dari manakah saya mesti melakukan ihrom? Imam Malik menjawab: Dari Miqot yang telah ditetapkan oleh Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam, maka lakukannya ihrom darinya. Pemuda itu berkata: jikalau saya melakukannya jauh sebelum batasan miqot? Imam Malik menjawab: Saya tidak memandang akan hal itu. Pemuda itu bertanya kembali: Apakah yang membuat anda membenci akan hal itu? Imam Malik menjawab: Saya khawatir terjadinya fitnah bagi diri anda? Pemuda itu kembali bertanya: Jikalau saya menginginkan agar kebaikan saya lebih? Maka Imam Malik menjawab: Allah Azza wa Jalla telah berfirman:

فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ(63)

“Maka hendaklah waspada orang-orang yang menyelisihi perintahnya , bahwa mereka akan ditimpa oleh fitnah atau mereka akan ditimpa oleh adzab yang pedih.” (QS. An Nur 63)
Lalu fitnah apakah yang lebih besar dari pengkhususan kebaikan yang tidak pernah dikhususkan oleh Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam.???
Dan demikianlah pada setiap tempat dan masa para ulama kita terus exis dalam mengingkari bid’ah yang terjadi – Alhamdulillah-.
CONTOH AMALAN BID’AH
1.      Keyakian Ahlul bid’ah yang menyatakan bahwa Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam khusus diciptakan dari cahaya Allah Azza wa Jalla dan makhluk yang lain diciptakan dari cahaya Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Mereka berdalil dengan sebuah hadits yang dinisbahkan kepada Jabir bin Abdullah Al Anshari ra di beberapa buku mereka, yang menyatakan bahwa Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda kepada Jabir: wahai Jabir, Susungguhnya Allah telah menciptakan cahaya nabimu dari cahaya-Nya sebelum menciptakan segala sesuatu, kemudian Allah menjadikan cahaya itu berputar dengan ketentuan dan kehendak-Nya, kemudian Allah menjadikan cahaya itu terbagi menjadi empat bagian: dari bagian pertama Allah telah menciptakan Pena, dari yang kedua menciptakan Lauhul Mahfudz, dari yang ketiga menciptakan Arsy dan dari yang keempat Dia menciptakan makhluk-makluk yang lain.
Padahal hadits ini tidak pernah kita dapatkan dibuku-buku hadits yang terkemuka, dan tidak dikenal di kalangan ulama-ulama hadits, maka dengan demikian hadits tersebut adalah hadits palsu yang didustakan dari Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam.
2.      Keyakinan Ahlul Bid’ah yang menyatakan bahwa orang-orang yang menziarahi kuburan Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam akan mendapatkan kekhususan dalam mendapatkan syafa’at dari Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Mereka berargumen dengan hadits:

مَنْ زَارَ قَبْرِيْ وَجَبَتْ لَهُ شَفَاعَتِيْ ) والحديث موضوع)

Barang siapa yang menziarahi kuburanku maka sungguh ia wajib menjapatkan syafa’atku.” (hadits ini palsu)
3.      Keyakinan Ahlul Bid’ah yang menyatakan bahwa Para nabi dan Rosul bertawassul kepada Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam sebelum beliau diciptakan. Mereka berdalil dengan hadits:
Ketika Adam melakukan kesalahan, ia berkata: Wahai Robbku, aku memohon kepada-Mu dengan Kedudukan Muhammad agar Engkau memaafkanku. Maka Allah Azza wa Jalla berfirman: Wahai Adam, bagaimana dapat mengetahui Muhammad padahal ia belum Kuciptakan? Ia menjawab: Wahai Robbku, karena ketika Engkau menciptakanku dengan Tangan-Mu dan Kau tiupkan kepadaku dari Roh-Mu, saat itu aku mengangkat kepalaku, maka aku melihat di atas tiang-tiang Arsy bertuliskan: “Laa Ilaaha Illallaah Muhammadur Rosuulullaah”, maka aku tahu, Engkau tidak menisbahkanya kepada nama-Mu kecuali karena ia itu merupakan makhluk yang paling Engkau cintai. Maka Allah Azza wa Jalla berfirman: Engkau benar wahai Adam, sesungguhnya Muhammad itu adalah makhluk yang paling Aku cintai, serulah Aku dengan kedudukannya disisi-Ku, sungguh Aku telah mengampunimu, jikalau bukan karena Muhammad, sungguh Aku tidak akan menciptakanmu.” (Hadits ini adalahhadits palsu).
4.      Keyakian Ahlul Bid’ah, bahwa Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam dapat menghapuskan dosa dan beliau mengetahui apa yang ada di Lauhul Mahfudz dan apa yang ada di dalam hati.
Kekhususan-kekhususan ini tentu tidak terlepas dari kekhususan Allah Azza wa Jalla, keyakinan ini semua tidak didasari oleh ilmu yang jelas, akan tetapi oleh kebohongan belaka, tanpa ilmu, petunjuk dan Kejelasan dari Kitab yang terang, akan tetapi semata-mata dari bisikan setan yang dicampakkan ke dalam hati mereka. Allah Azza wa Jalla berfirman:

قُلْ هَلْ عِنْدَكُمْ مِنْ عِلْمٍ فَتُخْرِجُوهُ لَنَا إِنْ تَتَّبِعُونَ إِلا الظَّنَّ وَإِنْ أَنْتُمْ إِلا تَخْرُصُونَ(148)

“Katakanlah: Adakah kamu memiliki sesuatu pengetahuan sehingga dapat kamu mengemukakan kepada kami? Kamu tidak mengikuti kecuali persangka belaka, dan kamu tidak lain hanya berdusta.” (QS. Al An’am 148)
Dan Firman-Nya:

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ(112

“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah untuk menipu (manusia), Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada adakan.” (QS. Al An’am 112)
5.      Merayakan Hari Kelahiran Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Orang yang tidak mengerti dari umat Islam dan ulama-ulama yang menyesatkan umat sering melakukannya pada setiap bulan Robi’ul Awal, mereka merayakan hari kelahiran Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam, sebagian diantara mereka melakukannya di Mesjid, di rumah atau di tempat-tempat lain yang telah disiapkan untuk itu. Mereka melakukannya dengan meniru kebiasaan orang-orang Nasrani yang telah merayakan hari kelahiran Nabi Isa –‘alaihis salam-. Dan mayoritas dari aktifitas perayaan maulid nabi ini tidak terlepas dari berbagai kemusyrikan dan kemunkaran.
Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

لا تَطْرُوْنِيْ كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمُ إِنَّمَا أَنَا عَبْدٌ فَقُوْلُوْا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ (متفق عليه)

Janganlah kalian berlebihan dalam memujiku seperti orang-orang nasrani dalam memuji anaknya Maryam, Sungguh hanyasannya aku ini seorang hamba maka katakanlah: Hamba Allah dan Rosulnya.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Perayaan Maulid Nabi ini tidak memiliki landasan hukum baik dari Al Qur’an, As Sunnah ataupun dari Amalan para Pendahulu kita yang shaleh di generasi pertama Islam, akan tetapi amalan ini baru muncul di abad terakhir yang pertama kali dilakukan oleh orang-orang Syi’ah setalah abad ke empat hijriyyah.
Dalam mensikapi kebid’ahan ini, dari dulu hingga kini, para ulama telah banyak menulis berbagai buku tentang masalah ini sebagai bentuk pengingkaran terhadap kebid’ahan ini, dan ini semakin menjelaskan kepada kita sekalian akan duduk perkaranya, sebagai bentuk bid’ah dan peniruan bagi peribadatan orang-orang nasrani, yang kemudian bid’ah inipun diikuti dengan kebid’ahan yang lain, seperti perayaan hari kelahiran para wali dan orang-orang shaleh dan para pemimpin mereka, maka dengan demikian bid’ah ini adalah sebagai pintu awal bagi berbagai kemunkaran dan kesesatan.
6.      Bid’ah dalam bidang amal ibadah dan taqorrub kepada Allah.
Amalan bid’ah di bidang ibadah pada masa ini sangat banyak sekali, karena hukum awal dalam masalah ibadah adalah Tauqiifii (harus berlandaskan dalil), sehingga kita tidak boleh melakukan sesuatu di dalam ibadah kecuali berlandaskan dalil. Maka setiap amalan yang tidak didasari dengan dalil syar’i maka hukumnya adalah bid’ah, karena Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda:

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

Barang siapa yang mengerjakan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka amalannya tertolak.(HR. Muslim)
Amalan ibadah yang tidak berdalil dan dilakukan pada zaman ini sangat banyak sekali, diantaranya adalah:
1.      Mengucapkan niat dengan lisan saat akan melaksanakan shalat.
2.      Berdzikir secara bersama-sama setelah selesai shalat.
3.      Menentukan bacaan dan wirid-wirid tertentu pada setiap putaran thawaf dan sa’i.
4.      Merayakan hari-hari bersejarah dalam Islam, seperti merayakan hari Isro’ Mi’roj, tahun baru Islam dan lain-lain yang tidak memiliki landasan hukum dalam syari’ah.
Semoga Allah Azza wa Jalla selalu membimbing kita sekalian pada jalan yang diridhai-Nya dan menjaga kita kita sekalian dari segala bentuk bisikan setan. Amin.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar