PELAJARAN TAJWID I
(Permasalahan Umum yang tejadi dalam Membaca AL Qur’an, Pelajaran I, Hukum Mad)
Pada pelajaran kali ini kita akan medalami ilmu tajwid dengan metoda Mengetahui Kesalahan umum dalam Membaca Al Qur’an sekaligus penerapan ilmu dan kaidah-kaidah tajwid untuk mengatasi hal tersebut.
Metoda ini merupakan salah satu cara dalam mananamkan Pemahaman Ilmu tajwid yang agak berbeda dengan metode-metode pada umumnya. Dimana metode ini lebih besifat praktis dengan melihat gejala realitas yang terjadi pada masyarakat dalam mempraktekkan ilmu tajwid, kemudian memberikan solusi akan hal tersebut melalui kaidah tajwid yang telah dietapkan, secara bertahap sesuai dengan tingkat permasalahan dan kesulitannya.
Sebagaimana yang telah kita ketahui dalam pengantar ilmu tajwid, bahwa tujuan kita mempelajari ilmu tajwid adalah untuk menghindarkan lisan dari kesalahan dalam membaca Al Qur’an
Secara garis besar ada 4 Permasalahan/kesalahan umum yang sering terjadi dalam membaca Al Qur’an
1. Tidak konsisten dalam mengucapkan panjang dan pendek ketika membaca Al Qur’an
2. Tidak konsisten dan seimbang dalam membaca dengung (Gunnah)
3. Pengucapan Vokal yang tidak sem;urna tatkala melafalkan huruf-huruf di dalam Al Qur’an
4. Memantulkan huruf yang bukan tergolong kedalam huruf pantul ketika sukun
Pelajaran :
1.Tidak konsisten dalam mengucapkan panjang dan pendek ketika membaca Al Qur’an .
Ini merupakan masalah pertama dan sering kia temukan dalam praktik membaca Al Qur’an, dimana seseoang terkadang memanjangkan huruf yang tidak seharusnya dipanjangkan atau memendekkan huruf yang seharusnya dibaca panjang.
Ini merupakan masalah pertama dan sering kia temukan dalam praktik membaca Al Qur’an, dimana seseoang terkadang memanjangkan huruf yang tidak seharusnya dipanjangkan atau memendekkan huruf yang seharusnya dibaca panjang.
contoh : terlalu panjang membaca huruf mim Fathah (مَا) pada kata dibawah ini
مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ
Huruf mim pada kata diatas seharusnya cukup dibaca sepanjang dua harakat, akan tetapi yang terjadi adalah terkadang dibaca sampai empat atau lima harakat. ini merupakan sebuah kesalahan ,
atau misalnya tidak memnajangkan huruf jim fathah (جَاء ) pada contoh dibawah ini
atau misalnya tidak memnajangkan huruf jim fathah (جَاء ) pada contoh dibawah ini
إِذَا جَآءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ
Huruf jim pada contoh diatas seharusnya dibaca minimal lima atau sampai enam harakat, akan tetapi pada prakteknya hanya dibaca dua harakat atau bahkan tidak dipanjangkan sama sekali, ini Juga merupakan sebuah kesalahan.
Oleh karena itu sebagai solusi untuk memperbaiki hal ini maka kita harus mengetahui kaidah – kaidah dalam penerapan panjang dan pendeknya bacaan yang dikenal dengan Hukum Mad
Pengertian Mad
Mad secara bahasa berarti tambahan, sedangkan menurut istilah adalah memanjangkan lama suara ketika mengucapkan huruf Mad.
Huruf Mad ada tiga, yaitu :
1. Apabila Waw sukun diawali dengan huruf yang berharokat Dhommah ( َوْ )
2. Apabila Ya sukun diawali dengan huruf yang berharokat Kasroh َيْ )
3. Apabila Alif yang huruf sebelumnya adalah Fathah ( َ ا )
2. Apabila Ya sukun diawali dengan huruf yang berharokat Kasroh َيْ )
3. Apabila Alif yang huruf sebelumnya adalah Fathah ( َ ا )
Pembagian Mad berdasarkan Lama memanjangkan huruf
1. Mad yang panjangnya 2 harokat, tidak lebih dan tidak kurang ( Mad ini biasa dkenal dengan Mad Ashli)
Mad ini terdiri dari lima macam, yaitu
a. Mad Thobii ; Mad yang terjadi apabila terdapat salahsatu dari huruf Mad yang tiga (dan tidak bertemu dengan Hamzah, Tasydid dan Sukun)
Contoh :
Contoh :
إِيَّاكَ – فِيْ جِيْدِهَا – وَلاَ تُفْسِدُواْ فِيْ الأَرْضِ
Praktek : Surat Al- Fatihah, Al- Baqarah
b. Mad Badal ; Apabila terdapat hamzah bertemu dengan Huruf Mad
Contoh :
b. Mad Badal ; Apabila terdapat hamzah bertemu dengan Huruf Mad
Contoh :
إِيْتُوْنِيْ – إِيْماَنٌ – ءَادَمَ – أُوْتِيَ
Praktek : Surat Al-Baqarah
c. Mad ‘Iwadh ; Mad yang terjadi apabila berhenti pada huruf yang bertanwin fathah
Contoh :
Contoh :
جُزْءًا – لَيْسُوْ سَوَآءً – حَبّاً وَنَبَاتاً – عَلِيْماً حَكِيْماً
Catatan :
- Cara membacanya adalah dengan tidak melafalkan Nun pada akhir katanya, contohnya; Aliiman, dibaca Aliimaa ( dengan memanjangkan ma sebanyak 2 harakat), demikian selanjutnya.
- Huruf hamzah yang bertanwin fathah terkadang terkadang didahului dengan Alif dan terkadang disudahi dengan alif seperti dua contoh terakhir diatas, cara membacanya sama, yaitu dua harokat.
- Pengecualian apabila berhenti pada Ta’ Marbutoh yang bertanwin fathah ( ةً ) maka cara membacanya tanwin berubah menjadi H, sehingga seolah-olah kita mengakhiri kata tersebut dengan H sukun ( هْ )
Contoh ;
- Cara membacanya adalah dengan tidak melafalkan Nun pada akhir katanya, contohnya; Aliiman, dibaca Aliimaa ( dengan memanjangkan ma sebanyak 2 harakat), demikian selanjutnya.
- Huruf hamzah yang bertanwin fathah terkadang terkadang didahului dengan Alif dan terkadang disudahi dengan alif seperti dua contoh terakhir diatas, cara membacanya sama, yaitu dua harokat.
- Pengecualian apabila berhenti pada Ta’ Marbutoh yang bertanwin fathah ( ةً ) maka cara membacanya tanwin berubah menjadi H, sehingga seolah-olah kita mengakhiri kata tersebut dengan H sukun ( هْ )
Contoh ;
وَعَدَكُمُ اللَّهُ مَغَانِمَ كَثِيرَةً
d. Mad Tamkin ; Mad yang terjadi apabila Ya karoh bertasdyid ( يِّّّّّّ ) bertemu dengan Ya sukun, maka masing-masing (Tasydid dan madnya) dibaca/ditahan 2 harakat.
Contoh ;
Contoh ;
النَّبِيِّينَ – وَإِذَا حُيِّيْتُمْ بِتَحِيَّةٍ
Praktek ; Surat Al-Muthoffifiin, Surat An-Nisa
e. Mad Shilatin Qoshiroh ; Mad yang terjadi pada Ha Dhomir ( ه ) *bunyi Hu atau Ha yang bertemu dengan selain huruf Hamzah.
Contoh;
Contoh;
لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ – مَآ أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ
Catatan : Ha Dhomir tidak dibaca panjang apabila sebelum atau sesudahnya adalah sukun, contoh ;
مَآ أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ – لَهُ الْأَسْمَآءُ الْحُسْنَى
Namun pengecualian dalam keadaan diatas,dimana H Dhomir tetap dibaca 2 harakat sekalipun didahului dengan huruf sukun, yaitu khusus pada Surat Al-Furqon ayat 69 ; yaitu pada kata
وَيَخْلُدْ فِيْهِ مُهَاناً
Praktek ; Surat Al-Lahab, ٍSurat Al-Baqarah (Ayat Kursi)
Kelima Jenis Mad ini termasuk kedalam kelompok Mad Ashli (Asal), dimana merupakan asal dari jenis Mad yang lain yang disebut sebagai Mad Far’i (cabang) karena merupakan pengembangan dari Mad Asli, yang insya Allah akan dibahas pada kaidah selanjutnya.
2. Mad yang bersifat pilihan 2, 4 atau 5 harokat
Mad ini terdiri dari 2 macam, yaitu :
a. Mad Jaiz Munfasili ; Mad yang terjadi apabila Mad (thobii) bertemu dengan hamzah dalam kata yang terpisah. Pada Mad ini biasa di beri tanda ~ diatas huruf mad.
Contoh :
a. Mad Jaiz Munfasili ; Mad yang terjadi apabila Mad (thobii) bertemu dengan hamzah dalam kata yang terpisah. Pada Mad ini biasa di beri tanda ~ diatas huruf mad.
Contoh :
قُلْ يَآ أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ
وَاعْلَمُوْآ أَنَّكُمْ إِلَيْهِ تُحْشَرُوْنَ
الَّذِيْ أَنْقَضَ ظَهْرَكَ
Perhatikanlah cotoh diatas…..
Pada contoh yang pertama huruf Yaa ( يَا ) pada kata Yaa Ayyuhal Kaafiruun asalnya adalah mad thobii, dimana ia hanya dibaca sepanjang 2 harokat, tidak lebih dan tidak kurang. Namun ketika ia bertemu dengan Huruf Hamzah ( أ ) dalam kata yang terpisah ( Hamzah bukan bagian dari kata يَا ), maka ia menjadi Mad Jaiz Munfasili, boleh dibaca 2, 4, hingga 5 harokat.
Demikian halnya pada contoh selanjutnya
Pada contoh yang pertama huruf Yaa ( يَا ) pada kata Yaa Ayyuhal Kaafiruun asalnya adalah mad thobii, dimana ia hanya dibaca sepanjang 2 harokat, tidak lebih dan tidak kurang. Namun ketika ia bertemu dengan Huruf Hamzah ( أ ) dalam kata yang terpisah ( Hamzah bukan bagian dari kata يَا ), maka ia menjadi Mad Jaiz Munfasili, boleh dibaca 2, 4, hingga 5 harokat.
Demikian halnya pada contoh selanjutnya
*Oleh karena itu Mad ini berasal dari mad thobii dengan sebab bertemunya mad dengan huruf hamzah
Praktek ; Surat Al-Baqarah, Al-kafirun
b. Mad Shilatin Thowilah ; Mad yang terjadi apabila Ha Dhomir ( ه ) bertemu dengan Hamzah
Contoh ;
Contoh ;
يَحْسَبُ أَنَّ مَالَهُ أَخْلَدَهُ – مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ
Perhatikanlah contoh diatas…
Huruf Ha yang berharokat dhommah pada kata مَالَهُ pada contoh yang pertama asalnya adalah Mad Shilatin Qosiroh, hanya dibaca 2 harokat, namun tatkala bertemu dengan Hamzah (أ ) Maka ia menjadi Mad Shilatin Towilah
*Oleh karena itu Mad ini berasal dari Mad Shilatin Qosiroh dengan sebab bertemunya mad dengan hamzah
Huruf Ha yang berharokat dhommah pada kata مَالَهُ pada contoh yang pertama asalnya adalah Mad Shilatin Qosiroh, hanya dibaca 2 harokat, namun tatkala bertemu dengan Hamzah (أ ) Maka ia menjadi Mad Shilatin Towilah
*Oleh karena itu Mad ini berasal dari Mad Shilatin Qosiroh dengan sebab bertemunya mad dengan hamzah
3. Mad yang panjangnya 5 harokat ketika bersambung (Washol) dan 6 harokat ketika berhenti
Pada kaidah ini hanya terdapat satu jenis mad yaitu “Mad Wajib Muttasili”
Mad Wajib Muttasili adalah mad yang terjadi apabila mad (thobii) bertemu dengan Hamzah dalam satu padanan kata.
Contoh :
Mad Wajib Muttasili adalah mad yang terjadi apabila mad (thobii) bertemu dengan Hamzah dalam satu padanan kata.
Contoh :
أُوْلَـئِكَ – سَوَآءٌ عَلَيْهِمْ – إِذَا جَآءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ
Perhatikanlah contoh diatas,
Pada contoh yang pertama huruf jim ( ج ) pada kata “Jaa” (جَآء ) asalnya adalah Mad Thobii hanya dibaca sepanjang 2 harokat, tidak lebih dan tidak kurang. Namun ketika ia bertemu dengan Huruf Hamzah ( أ ) dalam satu padanan kata ( Hamzah merupakan bagian dari kata “Jaa-a”), maka ia menjadi Mad Wajib Muttasili dibaca 5 harokat ketika bersambung, dan apabila berhenti dibaca 6 harokat.
Pada contoh yang pertama huruf jim ( ج ) pada kata “Jaa” (جَآء ) asalnya adalah Mad Thobii hanya dibaca sepanjang 2 harokat, tidak lebih dan tidak kurang. Namun ketika ia bertemu dengan Huruf Hamzah ( أ ) dalam satu padanan kata ( Hamzah merupakan bagian dari kata “Jaa-a”), maka ia menjadi Mad Wajib Muttasili dibaca 5 harokat ketika bersambung, dan apabila berhenti dibaca 6 harokat.
* Oleh karena itu Mad ini juga berasal dari mad thobii dengan sebab bertemunya mad dengan huruf hamzah
Demikian halnya dengan contoh yang lainnya.
Praktek ; Surat An-Nashr, Surat Al-Baqarah
4. Mad yang panjangnya 6 harokat, tidak lebih dan tidak kurang
Mad ini terdiri dari 5 macam
a. Mad Lazim Kilmi Mutsaqqal ; Mad yang terjadi apabila huruf Mad (Thobii) bertemu dengan huruf yang bertasydid dalam satu kata.
Contoh :
a. Mad Lazim Kilmi Mutsaqqal ; Mad yang terjadi apabila huruf Mad (Thobii) bertemu dengan huruf yang bertasydid dalam satu kata.
Contoh :
وَلاَ الضَّآلِّيْنَ – يُوَآدُّونَ مَنْ حَآدَّ اللَّهَ – فَإِذَا جَآءَتِ الطَّآمَّةُ الْكُبْرَى
Perhatikanlah contoh diatas…
Pada huruf Dho pada kata Waladdhoollin ( ض ) asalnya adalah mad Thobii, hanya dibaca 2 harokat, namun tatkala bertemu dengan Huruf Lam yang bertasydid ( لّ ) maka ia menjadi Mad Lazim Kilmi Mutsaqqal, dipanjangkan menjadi 6 harokat.
*mad ini merupakan pengembangan dari mad (thobii) dengan sebab tasydid.
Apabila tidak dalam satu padanan kata (huruf mad dan huruf bertasydid berada dalam kata yang terpisah) maka ia tidak dipanjangkan. contohnya pada kata
مَنْ ذَا الَّذِي
Pada contoh diatas huruf Dzal pada kata dza (adalah Mad Thobii) bertemu dengan lam yang bertasydid, namun karena bukan dalam satu padanan kata ( dza dan alladzi adalah dua kata yang berbeda), maka dia tidak dipanjangkan.
Praktek : Surat Al-Fatihah, Surat Al Mujadilah, Surat An-Naziat
b. Mad Lazim Kilmi Mukhaffaf ; Mad yang terjadi apabila Mad Badal bertemu dengan Huruf Sukun.
Mad ini hanya terjadi pada beberapa ayat di dalam Al-Qur’an, yaitu pada Surat Yunus, ayat 51 dan 91
Mad ini hanya terjadi pada beberapa ayat di dalam Al-Qur’an, yaitu pada Surat Yunus, ayat 51 dan 91
ءَآلْآنَ وَقَدْ كُنتُم بِهِ تَسْتَعْجِلُونَ
ءَآلْآنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ
c. Mad Farqu ; Mad yang terjadi apabila Mad Badal bertemu dengan huruf yang bertasydid.
Mad ini hanya terjadi pada beberapa ayat didalam Al-Qur’an, yaitu Surat Al-An’am, ayat 143-144, dan Surat An-Naml, Ayat 59.
Lafadznya adalah :
Mad ini hanya terjadi pada beberapa ayat didalam Al-Qur’an, yaitu Surat Al-An’am, ayat 143-144, dan Surat An-Naml, Ayat 59.
Lafadznya adalah :
ءَآللَّهُ خَيْرٌ أَمَّا يُشْرِكُون
-قُلْ ءَآلذَّكَرَيْنِ
d. Mad Lazim Harfi Mutsaqqal ; Mad yang terjadi pada Huruf-huruf Muqoth-to’ah ( potongan huruf) yang terdapat di beberapa awal/pembuka Surat (Fawatihussuwar).
Cara membacanya adalah sesuai dengan hurufnya, dan disertai dengan Ideghom, dengan panjang 6 harokat.
Huruf-hurufnya adalah :
Cara membacanya adalah sesuai dengan hurufnya, dan disertai dengan Ideghom, dengan panjang 6 harokat.
Huruf-hurufnya adalah :
ن – ق – ص – ع – س – ل – ك – م ___ نقص عسلكم
Contoh :
الم – طسم – المص
Perhatikan huruf yang digaris merah pada contoh diatas, Lam pada contoh pertama dibaca 6 harokat dan diideghomkan (dileburkan) dengan Mim
Praktek : Surat Al-Baqarah, dan beberapa Surat yang terdapat Huruf2 Muqoth-to’ah.
e. Mad Lazim Harfi Mukhoffaf ; Mad yang terjadi pada Huruf-huruf Muqoth-to’ah ( potongan huruf) yang terdapat di beberapa awal/pembuka Surat (Fawatihussuwar).Cara membacanya adalah sesuai dengan hurufnya, dan tidak disertai dengan Ideghom, dengan panjang 6 harokat.
Huruf-huruffnya adalah :
Huruf-huruffnya adalah :
ن – ق – ص – ع – س – ل – ك – م ____ نقص عسلكم
Contoh ;
عسق – الر – كهيعض – ن – يس
Praktek : Surat Maryam, Yasin, Nun,….
5. Mad Yang bersifat pilihan 2, 4 atau 6 harokat
Mad ini terdiri dari 2 jenis
a. Mad ‘Arid Lissukun ; Mad yang terjadi apabila Mad Thobii berada sebelum huruf yang berhenti (diwaqofkan).
Contoh :
Contoh :
الرَّحْمـنِ الرَّحِيْمِ – قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ – وَمِمَّا رَزَقْنَاهُم يُنفِقُونَ
Perhatikanlah contoh diatas, pada contoh yang pertama, mad thobii yaitu حِيْ pada kata الرَّحِيْمِ asalnya hanya dibaca 2 harokat, tidak lebih, namun karena ia jatuh sebelum Mim yang berhenti (waqof), maka ia menjadi Mad ‘Arid Lissukun, boleh dibaca 2, 4, atau 6 harokat, demikian halnya dengan contoh selanjutnya.
*Oleh karena itu mad ini merupakan pengembangan dari Mad Thobii dengan sebab beremunya mad dengan Sukun.
Umumnya Mad ini sering kita dapatkan pada akhir-akhir ayat.
Umumnya Mad ini sering kita dapatkan pada akhir-akhir ayat.
Praktek : Surat Al-Faatihah, Surat Al-Baqarah.
b. Mad Liin ; Mad yang terjadi apabila berhenti pada suatu huruf yang sebelumnya adalah waw atau ya sukun yang didahului oleh huruf yang berharokat Fathah.Contoh :
رِحْلَةَ الشِّتَاء وَالصَّيْفِ – الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ
Praktek : Surat Al-Baqarah, Surat Quraisy
Demikianlah Kaidah-kaidah yang penting untuk kita pelajari dan ingat dalam rangka mengatasi kekeliruan dalam menentukan panjang dan pendek bacaan.
Kaidah yang pertama merupakan Mad Ashli ( Mad Dasar) sedangkan Kaidah kedua hingga kelima merupakan Mad Far’i (Mad cabang) yaitu pengembangan dari Mad Ashli dengan sebab Hamzah, Sukun, dan Tasydid.
Semoga pembahasan ini bermanfaat.
Kaidah yang pertama merupakan Mad Ashli ( Mad Dasar) sedangkan Kaidah kedua hingga kelima merupakan Mad Far’i (Mad cabang) yaitu pengembangan dari Mad Ashli dengan sebab Hamzah, Sukun, dan Tasydid.
Semoga pembahasan ini bermanfaat.
- Wallaahu a’lam bi Shawab -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar